Rabu, 30 Oktober 2013

makan siang


MAKAN SIANG
 
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memiliki gaya unik menyelesaikan persoalan komunikasi dengan warganya. Makan siang pun bisa jadi cara. Menghadapi isu-isu sensitif pun, tidak ada spanduk tuntutan dan pengeras suara dari warga, tidak ada pula pentungan Satpol PP. Hanya denting sendok garpu yang berujung pada kata sepakat.

Kali pertama, Februari 2013, Jokowi mengajak warga korban banjir di Jakarta Utara makan siang setelah beberapa kali mengunjunginya. Tidak ada persoalan yang begitu penting diselesaikan dengan para korban banjir. Misi Jokowi, kala itu, bisa jadi adalah silaturahim dan mengurangi beban saja.

Dua bulan berselang, sekitar awal April, giliran warga yang bermukim di sekitar Waduk Pluit duduk satu meja makan dengan gubernurnya. Misi Jokowi sedikit lebih berat saat itu. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menggeser warga masuk ke rumah susun agar dapat menata waduk seluas 80 hektar itu.
Dan makan siang terberat adalah ketia Jokowi menjamu Pengusaha metromini, Pedagang Blog G dan warga waduk Ria-rio. Tetapi toh makan siang itu menjadi komunikasi hati yang jauh menjadi lebih efektif dibanding dengan pentungan satpol pp.

Barangkali falsafah Jawa "nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji" adalah "jurus" andalan Jokowi. Dalam bahasa Indonesia, saloka itu secara harfiah berarti "menyerbu tanpa pengerahan pasukan, menang tanpa mempermalukan, dan ampuh tanpa perlu ilmu kesaktian". Tafsir umumnya, hasil terbaik dapat dicapai tanpa perlu tindakan kekerasan, bersikap merendahkan atau mempermalukan, ataupun strategi yang bertele-tele.
 
Sahabat,
 
Komunikasi yang buruk bisa jadi menghasilkan hal-hal yang buruk. Sekalipun mungkin dari luar nampak baik hasilnya ( baca: menurut)  tetapi bisa jadi merobek kedalam dan menimbulkan luka yang sewaktu-waktu akan menjadi masalah baru.
 
Saya harus belajar banyak dari cara berkomunikasi pak Jokowi ini, memanusiakan manusia.. bukan asal gusur dan asal sikat. Bukankah seringkali atas dasar kekuasaan yg seseorang miliki lalu menjadi pribadi yang adigang adigung adiguna? (baca : arogan).
 
Ada banyak persoalan yg muncul dari bawah, protes, demo, ketidak puasan dll.. sangat mudah membungkam mereka dengan kekuatan yg para pemimpin miliki, tapi ingat ! luka itu akan nampak pada saat anda dalam posisi sulit.. banyak orang akan bersyukur bila anda jatuh, tidak ada yg mendukung dan menolong anda.. anda akan ditinggalkan sendirian..!
 
Sebaliknya bila anda bisa berkomunikasi dengan baik, suatu ketika ada orang yg menjelekkan nama anda, maka secara spontan rakyat yang akan membela anda..!!
 
Jadi.. bila bisa berkomunikasi dg lebih baik.. mengapa tidak ?
 
Filipus Gudel
Motivator

Tidak ada komentar:

Posting Komentar